JAKARTA -- Perang fatwa antara ulama terkait konflik di Suriah sangat
memprihatinkan umat Islam. Meskipun secara dasar, menurut ketua Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Amidhan, kedua fatwa itu sangat kuat.
Namun, perang fatwa antara Ulama Arab Saudi dengan Mufti Suriah ini syarat kepentingan. Ulama Arab Saudi yang menjadi kiblat Sunni memang ingin menjaga konflik Syuriah tidak lebih luas lagi. Terlebih korban masyarakat sipil sudah banyak berjatuhan di Syuriah yang mayoritas adalah Islam Sunni. Sedangkan pemegang pemerintah adalah otoritas kaum Syiah.
Namun, bagi mufti Suriah, Presiden Assad adalah pemerintah yang sah di Syuriah. Oleh sebab itu, masyarakat harus membela pemimpin pemerintahan sah di Suriah. Artinya, kedua fatwa itu memiliki dasar yang kuat secara kepentingan masing-masing.
Menurut Amidhan, butuh fatwa yang lebih menyejukkan untuk mengatasi konflik di Suriah. Misalnya, kata Amidhan, butuh fatwa yang dikelluarkan ulama internasional seperti Yusuf Qardhawi agar lebih menenangkan umat Islam. "Ulama yang saling konflik, kita tidakk bisa mengikuti. Kita menyimak saja, karena kita ingin konflik tuntas," kata Amidhan pada Republika, Selasa (12/3).
Amidhan menambahkan, karena kedua fatwa didasari kepentingan masing-masing, konflik di Suriah tidak akan ada habisnya. Terlebih kedua kubu memiliki dukungan yang kuat masing-masing. Harusnya, konflik ini diselesaikan dengan diplomasi. Pemerintah sah Suriah harus menghentikan pembunuhan terhadap masyarakat sipil. "PBB juga sudah mengusulkan untuk adanya rekonsiliasi di Suriah," tambah Amidhan.
Kalau konflik di Suriah terus berlanjut, maka yang lebih diuntungkan adalah pihak yang memasok senjata dibalik konflik itu. Harus ada fatwa ulama internasional yang lebih membuat tenang umat muslim seluruh dunia.
Sumber: ROL
Namun, perang fatwa antara Ulama Arab Saudi dengan Mufti Suriah ini syarat kepentingan. Ulama Arab Saudi yang menjadi kiblat Sunni memang ingin menjaga konflik Syuriah tidak lebih luas lagi. Terlebih korban masyarakat sipil sudah banyak berjatuhan di Syuriah yang mayoritas adalah Islam Sunni. Sedangkan pemegang pemerintah adalah otoritas kaum Syiah.
Namun, bagi mufti Suriah, Presiden Assad adalah pemerintah yang sah di Syuriah. Oleh sebab itu, masyarakat harus membela pemimpin pemerintahan sah di Suriah. Artinya, kedua fatwa itu memiliki dasar yang kuat secara kepentingan masing-masing.
Menurut Amidhan, butuh fatwa yang lebih menyejukkan untuk mengatasi konflik di Suriah. Misalnya, kata Amidhan, butuh fatwa yang dikelluarkan ulama internasional seperti Yusuf Qardhawi agar lebih menenangkan umat Islam. "Ulama yang saling konflik, kita tidakk bisa mengikuti. Kita menyimak saja, karena kita ingin konflik tuntas," kata Amidhan pada Republika, Selasa (12/3).
Amidhan menambahkan, karena kedua fatwa didasari kepentingan masing-masing, konflik di Suriah tidak akan ada habisnya. Terlebih kedua kubu memiliki dukungan yang kuat masing-masing. Harusnya, konflik ini diselesaikan dengan diplomasi. Pemerintah sah Suriah harus menghentikan pembunuhan terhadap masyarakat sipil. "PBB juga sudah mengusulkan untuk adanya rekonsiliasi di Suriah," tambah Amidhan.
Kalau konflik di Suriah terus berlanjut, maka yang lebih diuntungkan adalah pihak yang memasok senjata dibalik konflik itu. Harus ada fatwa ulama internasional yang lebih membuat tenang umat muslim seluruh dunia.
Sumber: ROL
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !