SARANA TA'LIM, Oleh: Imad Affat
SETELAH tulisan sebelumnya (bagian 1) telah dibahas mengenai kejanggalan video Syeikh Al Buthy dari kanal Hizbullah lalu dirilis ulang oleh kanal TV Wishal dalam sebuah tayangan talk show, di mana didapati ketidak singkronan antara audio dan visualnya (baca, Video Al Buthy dari Hizbullah, Audio-Visual Tidak Sinkron).
Kini pembahasan masuk kepada pengantar host dan komentar dari syeikh yang menjadi nara sumber saat itu. Sebagaimana ditayangkan Wishal, sebelum menayangkan “cuplikan bermasalah” dari kanal Hizbullah itu, host menyampaikan, ”Kita akan menyaksikan cuplikan untuk Buthy, di mana dia berharap menjadi ‘jari dari jari-jari Hasan Nasharallah’ yang telah membunuh dengan jari-jarinya itu saudara-saudara kita di Suriah.”
Host telah “membingkai” video itu dengan konteks kekinian, di mana dia telah mengkaitkan video tersebut dengan bergabungnya Hizbullah dengan pemerintah Bashar Assad dalam melakukan tindak kedzaliman di Suriah.
Yang dilakukan syeikh selaku komentator video hampir serupa, namun di sini syeikh mengkaitkannya dengan ideologi Hasan Nashrallah di mana syeikh menyebutnya telah mengkafirkan Abu Bakar dan Umar serta mencaci Aisyah (bisa dirujuk terjemahan lengkap komentar syeikh di tulisan Video Al Buthy dari Hizbullah, Audio-Visual Tidak Sinkron).
Baik, pengantar host maupun komentar syeikh berpeluang membangun persepsi bagi pemirsa tayangan itu bahwa video Al Buthy itu juga menunjukkan bahwa beliau juga mendukung intervensi Hizbullah dan ajaran Syi’ah yang dianut Hasan Nashrallah. Meski apa yang disampaikan dalam cuplikan itu sejatinya tidak ada hubungannya sekali dengan dua hal tersebut.
Ungkapan Syeikh Al Buthy dalam video itu (tentu dengan catatan jika suara yang ada dalam “video bermasalah” itu adalah benar-benar suara Syeikh Al Buthy) ternyata sama sekali tidak ada hubungan dengan apa yang disampaikan host dan syeikh setelah diketahui dalam konteks apa Syeikh Al Buthy berbicara.
Dalam cuplikan yang ditayangkan kanal Wishal tidak ada petunjuk mengenai konteks pembicaraa Syeikh Al Buthy karena konten video tidak ditayangkan dengan sempurna. Namun dalam tayangkan asal dari kanal Al Manar yang menyiarkan lebih lebar dan sempurna, terlihat running teks berita “Pemerintah (Libanon-pent.) memberi saran kepada Cousseran untuk menunda kunjungan Kouchner hingga selesai pemilu daerah”. Nah, ini bisa menjadi petunjuk!
Peristiwa kunjungan Jean-Cloud Cousseran diplomat Prancis dalam rangka menengahi kelompok politik Lebanon yang berselisih dan pembicaraan mengenai kemungkinan penundaan kunjungan Bernard Kouchner menteri luar negeri Perancis ke negeri itu setelah pemilu lokal berlangsung di bulan Juli 2007. Jadi video dipublikasikan Al Manar ditayangkan bulan Juli 2007. Jika demikian maka otomatis suara itu disampaikan di bulan Juli 2007 atau sebelumnya.
Konteks Melawan Zionis-Israel
Fakta di atas, memberikan indikasi kuat bahwa ungkapan Syeikh Al Buthy yang pernah mengatakan; ”Aku telah mengharap menjadi bagi Allah sama dengan jari Hasan Nashrallah dan setiap jari di dua tangannya adalah pasukan. (Sedangkan-pent) Aku tidak pernah berperang, dan tidak pernah diletakkan agar aku bertahan di parit pertempuran dalam rangka berjihad di jalan Allah agar aku bisa melepas panah yang digunakan untuk menembak oleh para sahabat Rasulullah,” adalah dalam konteks perlawanan Hasan Nasan Nashrallah dan Hizbullah terhadap Zionis- Israel pada perang Libanon akhir Juli 2006.
Di mana, tidak ada hubungannya sama sekali dengan intervensi Hizbullah di Suriah yang muncul tahun 2012, juga tidak ada hubungannya dengan ajaran Syi’ah yang dianut Hasan Nashrallah.
Perlu dicatat, tahun 2006, sejumlah ulama Sunni juga bersimpati terhadap Hizbullah dalam konteks perlawanan kelompok ini terhadap Zionis-Israel.
Syeikh Al Qaradhawi termasuk dari jajaran ulama yang bersimpati terhadap Hizbullah dalam konteks yang sama, bahkan ketua Ikatan Ulama Islam Internasional ini pernah menyatakan bahwa membela Hizbullah dalam perang Lebanon adalah wajib syar’i (lihat: qaradhawi.net, 27/7/2006).
Syeikh Salman Audah, ulama populer dari Saudi juga memberi dukungan kepada Hizbullah, di mana beliau ikut menolak fatwa larangan mendukung Hizbullah pada perang Libanon dan meminta agar umat Islam menunda membahas masalah perbedaan intern, karena musuh utama adalah Yahudi (baca; aljazeera.net, 29/7/2006).
Pembelaan terhadap Hizbullah juga dilakukan kelompok Al Ikhwan Al Muslimun Mesir (aljazeera.net, 29/7/2006).
Tentu tidak bisa juga diopinikan bahwa nama-nama tokoh dan organisasi di atas otomatis ikut mendukung atau simpati dengan intervensi Hizbullah ke Suriah dan ajaran Syi’ah yang dianut Hasan Nashrallah.
Ketika video ini ditayangkan dalam konteksnya (tahun 2006) pasti tidak akan terjadi masalah, sebagaimana tidak muncul polemik saat video ini ditayangkan tahun 2007. Namun tatkala video ini ditayangkan di luar konteksnya apalagi di saat umat prihatin dengan kondisi Suriah saat ini sedangkan pihak Hizbullah banyak menuai kecaman karena sikapnya politiknya menyangkut hal ini (karena membela Bashar al Assad), lebih-lebih jika disisipi dengan opini negatif, maka hasilnya akan berbeda, dan ini sudah terbukti.
Ibrah
Menurut saya, cacat yang terdapat “Al Buthy dan Jari Nashrallah” ini berlapis, baik sejak dari Al Manar maupun karena opini dari Wishal. Karenanya, dengan menyebarkan video ini dengan tajuk “Di antara Kesesatan Al Buthy”, sama halnya kita telah menambah kecacatan menjadi 3 lapisan.
Kasus ini adalah pelajaran bagi kita semuanya, sehingga dengan demikian kita tidak lagi mudah percaya kesimpulan negatif hanya dengan “bukti” potongan-potongan video, yang kita tidak tahu maksud dan konteks dari kontennya itu. Karena tanpa memahami konteks, kesimpulan yang kita ambil darinya amat berpeluang jatuh dalam kesalahan. Dan ini tidak hanya berlaku pada kasus video-video mengenai Syeikh Al Buthy saja namun juga untuk para ulama dan tokoh Islam lainnya.*
Penulis pemerhati dunia Islam dan pernah berpengalaman dalam penerjemahan film dokumenter Timur Tengah
Sumber: Hidayatullah.com
SETELAH tulisan sebelumnya (bagian 1) telah dibahas mengenai kejanggalan video Syeikh Al Buthy dari kanal Hizbullah lalu dirilis ulang oleh kanal TV Wishal dalam sebuah tayangan talk show, di mana didapati ketidak singkronan antara audio dan visualnya (baca, Video Al Buthy dari Hizbullah, Audio-Visual Tidak Sinkron).
Kini pembahasan masuk kepada pengantar host dan komentar dari syeikh yang menjadi nara sumber saat itu. Sebagaimana ditayangkan Wishal, sebelum menayangkan “cuplikan bermasalah” dari kanal Hizbullah itu, host menyampaikan, ”Kita akan menyaksikan cuplikan untuk Buthy, di mana dia berharap menjadi ‘jari dari jari-jari Hasan Nasharallah’ yang telah membunuh dengan jari-jarinya itu saudara-saudara kita di Suriah.”
Host telah “membingkai” video itu dengan konteks kekinian, di mana dia telah mengkaitkan video tersebut dengan bergabungnya Hizbullah dengan pemerintah Bashar Assad dalam melakukan tindak kedzaliman di Suriah.
Yang dilakukan syeikh selaku komentator video hampir serupa, namun di sini syeikh mengkaitkannya dengan ideologi Hasan Nashrallah di mana syeikh menyebutnya telah mengkafirkan Abu Bakar dan Umar serta mencaci Aisyah (bisa dirujuk terjemahan lengkap komentar syeikh di tulisan Video Al Buthy dari Hizbullah, Audio-Visual Tidak Sinkron).
Baik, pengantar host maupun komentar syeikh berpeluang membangun persepsi bagi pemirsa tayangan itu bahwa video Al Buthy itu juga menunjukkan bahwa beliau juga mendukung intervensi Hizbullah dan ajaran Syi’ah yang dianut Hasan Nashrallah. Meski apa yang disampaikan dalam cuplikan itu sejatinya tidak ada hubungannya sekali dengan dua hal tersebut.
Ungkapan Syeikh Al Buthy dalam video itu (tentu dengan catatan jika suara yang ada dalam “video bermasalah” itu adalah benar-benar suara Syeikh Al Buthy) ternyata sama sekali tidak ada hubungan dengan apa yang disampaikan host dan syeikh setelah diketahui dalam konteks apa Syeikh Al Buthy berbicara.
Dalam cuplikan yang ditayangkan kanal Wishal tidak ada petunjuk mengenai konteks pembicaraa Syeikh Al Buthy karena konten video tidak ditayangkan dengan sempurna. Namun dalam tayangkan asal dari kanal Al Manar yang menyiarkan lebih lebar dan sempurna, terlihat running teks berita “Pemerintah (Libanon-pent.) memberi saran kepada Cousseran untuk menunda kunjungan Kouchner hingga selesai pemilu daerah”. Nah, ini bisa menjadi petunjuk!
Peristiwa kunjungan Jean-Cloud Cousseran diplomat Prancis dalam rangka menengahi kelompok politik Lebanon yang berselisih dan pembicaraan mengenai kemungkinan penundaan kunjungan Bernard Kouchner menteri luar negeri Perancis ke negeri itu setelah pemilu lokal berlangsung di bulan Juli 2007. Jadi video dipublikasikan Al Manar ditayangkan bulan Juli 2007. Jika demikian maka otomatis suara itu disampaikan di bulan Juli 2007 atau sebelumnya.
Konteks Melawan Zionis-Israel
Fakta di atas, memberikan indikasi kuat bahwa ungkapan Syeikh Al Buthy yang pernah mengatakan; ”Aku telah mengharap menjadi bagi Allah sama dengan jari Hasan Nashrallah dan setiap jari di dua tangannya adalah pasukan. (Sedangkan-pent) Aku tidak pernah berperang, dan tidak pernah diletakkan agar aku bertahan di parit pertempuran dalam rangka berjihad di jalan Allah agar aku bisa melepas panah yang digunakan untuk menembak oleh para sahabat Rasulullah,” adalah dalam konteks perlawanan Hasan Nasan Nashrallah dan Hizbullah terhadap Zionis- Israel pada perang Libanon akhir Juli 2006.
Di mana, tidak ada hubungannya sama sekali dengan intervensi Hizbullah di Suriah yang muncul tahun 2012, juga tidak ada hubungannya dengan ajaran Syi’ah yang dianut Hasan Nashrallah.
Perlu dicatat, tahun 2006, sejumlah ulama Sunni juga bersimpati terhadap Hizbullah dalam konteks perlawanan kelompok ini terhadap Zionis-Israel.
Syeikh Al Qaradhawi termasuk dari jajaran ulama yang bersimpati terhadap Hizbullah dalam konteks yang sama, bahkan ketua Ikatan Ulama Islam Internasional ini pernah menyatakan bahwa membela Hizbullah dalam perang Lebanon adalah wajib syar’i (lihat: qaradhawi.net, 27/7/2006).
Syeikh Salman Audah, ulama populer dari Saudi juga memberi dukungan kepada Hizbullah, di mana beliau ikut menolak fatwa larangan mendukung Hizbullah pada perang Libanon dan meminta agar umat Islam menunda membahas masalah perbedaan intern, karena musuh utama adalah Yahudi (baca; aljazeera.net, 29/7/2006).
Pembelaan terhadap Hizbullah juga dilakukan kelompok Al Ikhwan Al Muslimun Mesir (aljazeera.net, 29/7/2006).
Tentu tidak bisa juga diopinikan bahwa nama-nama tokoh dan organisasi di atas otomatis ikut mendukung atau simpati dengan intervensi Hizbullah ke Suriah dan ajaran Syi’ah yang dianut Hasan Nashrallah.
Ketika video ini ditayangkan dalam konteksnya (tahun 2006) pasti tidak akan terjadi masalah, sebagaimana tidak muncul polemik saat video ini ditayangkan tahun 2007. Namun tatkala video ini ditayangkan di luar konteksnya apalagi di saat umat prihatin dengan kondisi Suriah saat ini sedangkan pihak Hizbullah banyak menuai kecaman karena sikapnya politiknya menyangkut hal ini (karena membela Bashar al Assad), lebih-lebih jika disisipi dengan opini negatif, maka hasilnya akan berbeda, dan ini sudah terbukti.
Ibrah
Menurut saya, cacat yang terdapat “Al Buthy dan Jari Nashrallah” ini berlapis, baik sejak dari Al Manar maupun karena opini dari Wishal. Karenanya, dengan menyebarkan video ini dengan tajuk “Di antara Kesesatan Al Buthy”, sama halnya kita telah menambah kecacatan menjadi 3 lapisan.
Kasus ini adalah pelajaran bagi kita semuanya, sehingga dengan demikian kita tidak lagi mudah percaya kesimpulan negatif hanya dengan “bukti” potongan-potongan video, yang kita tidak tahu maksud dan konteks dari kontennya itu. Karena tanpa memahami konteks, kesimpulan yang kita ambil darinya amat berpeluang jatuh dalam kesalahan. Dan ini tidak hanya berlaku pada kasus video-video mengenai Syeikh Al Buthy saja namun juga untuk para ulama dan tokoh Islam lainnya.*
Penulis pemerhati dunia Islam dan pernah berpengalaman dalam penerjemahan film dokumenter Timur Tengah
Sumber: Hidayatullah.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !